Minggu, 30 Oktober 2016

Paragraf

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.



Paragraf

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.