Sabtu, 05 Maret 2016

Dalam (Ingin Sekali).

Untuk seseorang yang pernah sangat ku kagumi,
Mengapa ada batas yang seolah memisahkan aku darimu?
Entahlah itu sekat, selaput sel, atau apapun itu.
Kini aku tidak peduli.

Kesempurnaanmu terlau sulit dipahami.
Lebih rumit dari kalkulus.
Lebih kompleks dari metode numerik.
Semua sungguh membuatku lelah,

Memang sudah waktunya kini,
Aku harus berjalan mundur.
Walau hanya dengan sisa kekuatan yang masih aku punya,
Karena sudah ku habiskan untuk mengejarmu, dulu.

Bodoh memang, jika terus mengharapkanmu.
Namun dalam langkah - langkah mundurku,
Percayalah sayang,
Aku tetap akan terus menatap kearahmu.

Selamat berbahagia kamu,
Dengan cintanya yang harus ku akui.
Dialah orang yang tepat di samping kamu.
Dan mungkin bukan aku, seharusnya.

Teruntuk kamu si hitam manis,
yang manisnya tanpa pemanis buatan.
Tinggi,
Terlalu tinggi hingga sulit ku gapai.

Teruntuk kamu yang tanpa kamu sadari,
Menghiasi selasa pagiku, diruang 2.1.

Dari seseorang yang pernah dan akan tetap terus mengagumimu.

Jumat, 04 Maret 2016

Langit (1)

Gadis diterpa dingin angin.
Terhampar hangat senja.
Disinari orange matahari.
Bingung dalam kebisuan.

Sejak tadi, sang gadis sadar.
Seorang pria manis, menatap ke arahnya cukup lama.
Dalam waktu ratusan detik.
Kemudian, menyapa lembut.

Namun sang gadis tersadar,
"Sudikah langit menyapa bumi?"
Kemudian langit mendengar,
langit menantang.

Cukup dalam puluhan menit,
merubah segalanya.
Sang gadis Jatuh Cinta.

Senyum manis.
Indah tutur kata.
Pemikiran yang indah.
Sungguh, yang sang gadis tau hanya satu.
Pada pandangan pertama ia Jatuh Cinta.

****

Tapi bumi tetaplah bumi, apa mampu berharap banyak pada cinta langit?

Waktu berjalan, bumi mulai lupa.
Bagaimana menawannya langit?
Bumi bertemu air, bertemu angin, bertemu api.
Tak satupun, mampu meruntuhkan lapisan terluar kulit bumi.

Sempat, terakhir kali bumi bertemu bintang.
Namun tetap.
Letaknya nan jauh disana.
Sama seperti langit,
sulit digapai. Terlalu indah. Terlalu sakral.

Hingga kembali lagi datangnya langit.
Menawarkan segalanya.
Fajar, Siang, Senja, Malam.

Semua yang langit punya, dia tawarkan pada bumi.
Mimpi mimpi, cita, cinta, hidup, masa depan.
Kali ini tidak hanya sisi terangnya.
Tapi langit memberanikan diri menawarkan sisi gelapnya.

Jika malam hari, bukankah langit gelap, hitam?

Dunia langit, yang bahkan tidak pernah bumi mimpikan dalam mimpi - mimpi buruknya.
Kini bumi rasakan.
Hambatan?
Tentu bukan untuk bumi.
Karena setiap inci hal yang langit ciptakan terlalu indah.

to be continue :)

Note : Sudahlah langit, berhenti bermain - main.

Dalam (Ingin Sekali).

Untuk seseorang yang pernah sangat ku kagumi,
Mengapa ada batas yang seolah memisahkan aku darimu?
Entahlah itu sekat, selaput sel, atau apapun itu.
Kini aku tidak peduli.

Kesempurnaanmu terlau sulit dipahami.
Lebih rumit dari kalkulus.
Lebih kompleks dari metode numerik.
Semua sungguh membuatku lelah,

Memang sudah waktunya kini,
Aku harus berjalan mundur.
Walau hanya dengan sisa kekuatan yang masih aku punya,
Karena sudah ku habiskan untuk mengejarmu, dulu.

Bodoh memang, jika terus mengharapkanmu.
Namun dalam langkah - langkah mundurku,
Percayalah sayang,
Aku tetap akan terus menatap kearahmu.

Selamat berbahagia kamu,
Dengan cintanya yang harus ku akui.
Dialah orang yang tepat di samping kamu.
Dan mungkin bukan aku, seharusnya.

Teruntuk kamu si hitam manis,
yang manisnya tanpa pemanis buatan.
Tinggi,
Terlalu tinggi hingga sulit ku gapai.

Teruntuk kamu yang tanpa kamu sadari,
Menghiasi selasa pagiku, diruang 2.1.

Dari seseorang yang pernah dan akan tetap terus mengagumimu.

Langit (1)

Gadis diterpa dingin angin.
Terhampar hangat senja.
Disinari orange matahari.
Bingung dalam kebisuan.

Sejak tadi, sang gadis sadar.
Seorang pria manis, menatap ke arahnya cukup lama.
Dalam waktu ratusan detik.
Kemudian, menyapa lembut.

Namun sang gadis tersadar,
"Sudikah langit menyapa bumi?"
Kemudian langit mendengar,
langit menantang.

Cukup dalam puluhan menit,
merubah segalanya.
Sang gadis Jatuh Cinta.

Senyum manis.
Indah tutur kata.
Pemikiran yang indah.
Sungguh, yang sang gadis tau hanya satu.
Pada pandangan pertama ia Jatuh Cinta.

****

Tapi bumi tetaplah bumi, apa mampu berharap banyak pada cinta langit?

Waktu berjalan, bumi mulai lupa.
Bagaimana menawannya langit?
Bumi bertemu air, bertemu angin, bertemu api.
Tak satupun, mampu meruntuhkan lapisan terluar kulit bumi.

Sempat, terakhir kali bumi bertemu bintang.
Namun tetap.
Letaknya nan jauh disana.
Sama seperti langit,
sulit digapai. Terlalu indah. Terlalu sakral.

Hingga kembali lagi datangnya langit.
Menawarkan segalanya.
Fajar, Siang, Senja, Malam.

Semua yang langit punya, dia tawarkan pada bumi.
Mimpi mimpi, cita, cinta, hidup, masa depan.
Kali ini tidak hanya sisi terangnya.
Tapi langit memberanikan diri menawarkan sisi gelapnya.

Jika malam hari, bukankah langit gelap, hitam?

Dunia langit, yang bahkan tidak pernah bumi mimpikan dalam mimpi - mimpi buruknya.
Kini bumi rasakan.
Hambatan?
Tentu bukan untuk bumi.
Karena setiap inci hal yang langit ciptakan terlalu indah.

to be continue :)

Note : Sudahlah langit, berhenti bermain - main.