Minggu, 30 Oktober 2016

Paragraf

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.



Sabtu, 13 Agustus 2016

Mudah.

Bagiku, cinta terbiasa datang dan pergi.
Meski aku tak peduli dengan berapa peluangnya untuk ia kembali atau tidak.
Hati tetaplah hati, 
walapun bersikeras untuk menguapkan rasanya.

Tapi tak mungkin semudah itu bukan?
Membiarkan sesuatu yang sempat menetap dihati kemudian pergi lagi.

Tapi, aku tak pernah takut untuk memulai lagi.
Menulis cerita lagi.
Hingga datang saat yang tepat dia yang hilang akan kembali lagi.



Jumat, 24 Juni 2016

Setiap orang berbeda.
Tidak lagi, sayang!
Jangan samakan aku dengan kamu.

Bahkan mungkin aku dan ibuku pun tidaklah sama.
Jangan memaksakan kehendak, sayang.
Jangan menuntut.
Aku harus seperti kamu,
Atau kamu harus seperti aku.
Karna semua percuma.
Sia - sia adanya.

Seperti kamu mencoba melarutkan sesendok Pasir.
Dalam segelas Air.

Sabtu, 18 Juni 2016

Long Time NO SEE, Sugar Candy!

Lama tidak menulis,
bukan karna tak ada waktu luang.
Kalau hanya masalah itu sih, bisa diatasi.

Kali ini mungkin karena hati sudah membeku.
Dan berfikir, untuk apa lagi dipusingkan? 
Toh pada akhirnya semua akan sama saja.
Seperti sebelumnya.

Mungkin sekarang harus lebih menikmati setiap momennya.
Apapun yang terjadi, sesederhana apapun itu. Syukuri.
Seperti ingin mengutip lagu dari vokal grup indonesia yang keren banget, Tangga :)

***
Awal cerita yang selalu bahagia,
Adalah skenario yang ditawarkan cinta.
Namun hanya tuhan yang tau kemana,
Perjalanan ini akan bermuara nantinya.

Kita sedang bahagia,
Jangan buang waktu menerka - nerka akhirnya
Tenang aku disini, selama kau disisi aku berjanji
Tak kemana - mana.

Janganlah pikirkan masa depan yang jauh,
Tujuan masih jauh, nikmatilah saat ini
Kita bersatu, kan ku pegang tanganmu.
Sertakan pelukanmu.
Cerita nanti biar nanti,
Syukuri ini dulu.
***

Intinya saat ini aku hanya ingin bersyukur, karna aku punya kamu:)
With you, everything is easy.


Minggu, 05 Juni 2016

Kali ini, terserah kamu mau percaya atau tidak.
Sejauh apapun kita.
Selalu ada jalan yang mengantarkan kita untuk kembali lagi.
Sekeras apapun kamu berusaha pergi,
Aku akan tetap disini memelukmu erat. 
Dalam do'a.

Jumat, 01 April 2016

Untuk Kita.

Apa ada yang lebih berbahaya dari rasa bosan?
Dari jenuh yang terus berkecamuk?
Dari segala rasa yang dulu manis,
Namun kini berubah hambar.

Bukankah sia - sia saja jika semua tetap dipaksakan?
Sadar atau tidak.
Cepat atau lambat akan berakhir luka juga.
Ini adalah caraku membuat luka kering dengan cepat.

Bukan salahku,
Apalagi kamu.
Jika kita  tak lagi saling menggenggam.
Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah dalam hidup bukan?

Dan kini biarkan waktu yang akan mengajari kita untuk menerimanya, ya?

Aku undur diri atas segala rasa yang nantinya akan memperburuk kondisi hati.
Aku pamit dari segala mimpi - mimpi masa depan kita.

Teruslah bermimpi,
Jangan lagi untuk aku.

Relakan, lepaskan genggaman ini.
Suatu hari nanti kita akan sama - sama tersenyum mengingat hari ini.
Betapa dua orang pernah memiliki kisah klasik cinta
yang indah.

Percayalah kita akan baik - baik saja.
Tetap saling menyayangi.
Seperti teman baik, atau bahkan sahabat?
Selamat menemukan cinta barumu.

Best Regards,

Aku.

Sabtu, 05 Maret 2016

Dalam (Ingin Sekali).

Untuk seseorang yang pernah sangat ku kagumi,
Mengapa ada batas yang seolah memisahkan aku darimu?
Entahlah itu sekat, selaput sel, atau apapun itu.
Kini aku tidak peduli.

Kesempurnaanmu terlau sulit dipahami.
Lebih rumit dari kalkulus.
Lebih kompleks dari metode numerik.
Semua sungguh membuatku lelah,

Memang sudah waktunya kini,
Aku harus berjalan mundur.
Walau hanya dengan sisa kekuatan yang masih aku punya,
Karena sudah ku habiskan untuk mengejarmu, dulu.

Bodoh memang, jika terus mengharapkanmu.
Namun dalam langkah - langkah mundurku,
Percayalah sayang,
Aku tetap akan terus menatap kearahmu.

Selamat berbahagia kamu,
Dengan cintanya yang harus ku akui.
Dialah orang yang tepat di samping kamu.
Dan mungkin bukan aku, seharusnya.

Teruntuk kamu si hitam manis,
yang manisnya tanpa pemanis buatan.
Tinggi,
Terlalu tinggi hingga sulit ku gapai.

Teruntuk kamu yang tanpa kamu sadari,
Menghiasi selasa pagiku, diruang 2.1.

Dari seseorang yang pernah dan akan tetap terus mengagumimu.

Jumat, 04 Maret 2016

Langit (1)

Gadis diterpa dingin angin.
Terhampar hangat senja.
Disinari orange matahari.
Bingung dalam kebisuan.

Sejak tadi, sang gadis sadar.
Seorang pria manis, menatap ke arahnya cukup lama.
Dalam waktu ratusan detik.
Kemudian, menyapa lembut.

Namun sang gadis tersadar,
"Sudikah langit menyapa bumi?"
Kemudian langit mendengar,
langit menantang.

Cukup dalam puluhan menit,
merubah segalanya.
Sang gadis Jatuh Cinta.

Senyum manis.
Indah tutur kata.
Pemikiran yang indah.
Sungguh, yang sang gadis tau hanya satu.
Pada pandangan pertama ia Jatuh Cinta.

****

Tapi bumi tetaplah bumi, apa mampu berharap banyak pada cinta langit?

Waktu berjalan, bumi mulai lupa.
Bagaimana menawannya langit?
Bumi bertemu air, bertemu angin, bertemu api.
Tak satupun, mampu meruntuhkan lapisan terluar kulit bumi.

Sempat, terakhir kali bumi bertemu bintang.
Namun tetap.
Letaknya nan jauh disana.
Sama seperti langit,
sulit digapai. Terlalu indah. Terlalu sakral.

Hingga kembali lagi datangnya langit.
Menawarkan segalanya.
Fajar, Siang, Senja, Malam.

Semua yang langit punya, dia tawarkan pada bumi.
Mimpi mimpi, cita, cinta, hidup, masa depan.
Kali ini tidak hanya sisi terangnya.
Tapi langit memberanikan diri menawarkan sisi gelapnya.

Jika malam hari, bukankah langit gelap, hitam?

Dunia langit, yang bahkan tidak pernah bumi mimpikan dalam mimpi - mimpi buruknya.
Kini bumi rasakan.
Hambatan?
Tentu bukan untuk bumi.
Karena setiap inci hal yang langit ciptakan terlalu indah.

to be continue :)

Note : Sudahlah langit, berhenti bermain - main.

Paragraf

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.

Untuk hati yang terlalu dalam, dalam paragraf yang begitu singkat.
Tak pernahkah? Sedetik dalam waktumu kau rasakan rindu begitu menghujam
Menusuk
Dan mengguncangkan seperti apa yang ku rasa.

Menyesakan dada dan mengambil alih seluruh oksigen.
Padahal kamu diruang terluas dimana tak seorangpun ada didekatmu.
Ingatkah? Disini kau dan aku dahulu dengan tabah menyusun huruf demi huruf menjadi kata.
Kemudian kalimat, dan belajar membuat narasi yang bahagia.
Padahal akhir cerita tidak bersahabat dengan waktu,
dan sisa rindumu di sela kata terlalu lemah untuk patuh kepada airmata.



Mudah.

Bagiku, cinta terbiasa datang dan pergi.
Meski aku tak peduli dengan berapa peluangnya untuk ia kembali atau tidak.
Hati tetaplah hati, 
walapun bersikeras untuk menguapkan rasanya.

Tapi tak mungkin semudah itu bukan?
Membiarkan sesuatu yang sempat menetap dihati kemudian pergi lagi.

Tapi, aku tak pernah takut untuk memulai lagi.
Menulis cerita lagi.
Hingga datang saat yang tepat dia yang hilang akan kembali lagi.



Setiap orang berbeda.
Tidak lagi, sayang!
Jangan samakan aku dengan kamu.

Bahkan mungkin aku dan ibuku pun tidaklah sama.
Jangan memaksakan kehendak, sayang.
Jangan menuntut.
Aku harus seperti kamu,
Atau kamu harus seperti aku.
Karna semua percuma.
Sia - sia adanya.

Seperti kamu mencoba melarutkan sesendok Pasir.
Dalam segelas Air.

Long Time NO SEE, Sugar Candy!

Lama tidak menulis,
bukan karna tak ada waktu luang.
Kalau hanya masalah itu sih, bisa diatasi.

Kali ini mungkin karena hati sudah membeku.
Dan berfikir, untuk apa lagi dipusingkan? 
Toh pada akhirnya semua akan sama saja.
Seperti sebelumnya.

Mungkin sekarang harus lebih menikmati setiap momennya.
Apapun yang terjadi, sesederhana apapun itu. Syukuri.
Seperti ingin mengutip lagu dari vokal grup indonesia yang keren banget, Tangga :)

***
Awal cerita yang selalu bahagia,
Adalah skenario yang ditawarkan cinta.
Namun hanya tuhan yang tau kemana,
Perjalanan ini akan bermuara nantinya.

Kita sedang bahagia,
Jangan buang waktu menerka - nerka akhirnya
Tenang aku disini, selama kau disisi aku berjanji
Tak kemana - mana.

Janganlah pikirkan masa depan yang jauh,
Tujuan masih jauh, nikmatilah saat ini
Kita bersatu, kan ku pegang tanganmu.
Sertakan pelukanmu.
Cerita nanti biar nanti,
Syukuri ini dulu.
***

Intinya saat ini aku hanya ingin bersyukur, karna aku punya kamu:)
With you, everything is easy.


Kali ini, terserah kamu mau percaya atau tidak.
Sejauh apapun kita.
Selalu ada jalan yang mengantarkan kita untuk kembali lagi.
Sekeras apapun kamu berusaha pergi,
Aku akan tetap disini memelukmu erat. 
Dalam do'a.

Untuk Kita.

Apa ada yang lebih berbahaya dari rasa bosan?
Dari jenuh yang terus berkecamuk?
Dari segala rasa yang dulu manis,
Namun kini berubah hambar.

Bukankah sia - sia saja jika semua tetap dipaksakan?
Sadar atau tidak.
Cepat atau lambat akan berakhir luka juga.
Ini adalah caraku membuat luka kering dengan cepat.

Bukan salahku,
Apalagi kamu.
Jika kita  tak lagi saling menggenggam.
Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah dalam hidup bukan?

Dan kini biarkan waktu yang akan mengajari kita untuk menerimanya, ya?

Aku undur diri atas segala rasa yang nantinya akan memperburuk kondisi hati.
Aku pamit dari segala mimpi - mimpi masa depan kita.

Teruslah bermimpi,
Jangan lagi untuk aku.

Relakan, lepaskan genggaman ini.
Suatu hari nanti kita akan sama - sama tersenyum mengingat hari ini.
Betapa dua orang pernah memiliki kisah klasik cinta
yang indah.

Percayalah kita akan baik - baik saja.
Tetap saling menyayangi.
Seperti teman baik, atau bahkan sahabat?
Selamat menemukan cinta barumu.

Best Regards,

Aku.

Dalam (Ingin Sekali).

Untuk seseorang yang pernah sangat ku kagumi,
Mengapa ada batas yang seolah memisahkan aku darimu?
Entahlah itu sekat, selaput sel, atau apapun itu.
Kini aku tidak peduli.

Kesempurnaanmu terlau sulit dipahami.
Lebih rumit dari kalkulus.
Lebih kompleks dari metode numerik.
Semua sungguh membuatku lelah,

Memang sudah waktunya kini,
Aku harus berjalan mundur.
Walau hanya dengan sisa kekuatan yang masih aku punya,
Karena sudah ku habiskan untuk mengejarmu, dulu.

Bodoh memang, jika terus mengharapkanmu.
Namun dalam langkah - langkah mundurku,
Percayalah sayang,
Aku tetap akan terus menatap kearahmu.

Selamat berbahagia kamu,
Dengan cintanya yang harus ku akui.
Dialah orang yang tepat di samping kamu.
Dan mungkin bukan aku, seharusnya.

Teruntuk kamu si hitam manis,
yang manisnya tanpa pemanis buatan.
Tinggi,
Terlalu tinggi hingga sulit ku gapai.

Teruntuk kamu yang tanpa kamu sadari,
Menghiasi selasa pagiku, diruang 2.1.

Dari seseorang yang pernah dan akan tetap terus mengagumimu.

Langit (1)

Gadis diterpa dingin angin.
Terhampar hangat senja.
Disinari orange matahari.
Bingung dalam kebisuan.

Sejak tadi, sang gadis sadar.
Seorang pria manis, menatap ke arahnya cukup lama.
Dalam waktu ratusan detik.
Kemudian, menyapa lembut.

Namun sang gadis tersadar,
"Sudikah langit menyapa bumi?"
Kemudian langit mendengar,
langit menantang.

Cukup dalam puluhan menit,
merubah segalanya.
Sang gadis Jatuh Cinta.

Senyum manis.
Indah tutur kata.
Pemikiran yang indah.
Sungguh, yang sang gadis tau hanya satu.
Pada pandangan pertama ia Jatuh Cinta.

****

Tapi bumi tetaplah bumi, apa mampu berharap banyak pada cinta langit?

Waktu berjalan, bumi mulai lupa.
Bagaimana menawannya langit?
Bumi bertemu air, bertemu angin, bertemu api.
Tak satupun, mampu meruntuhkan lapisan terluar kulit bumi.

Sempat, terakhir kali bumi bertemu bintang.
Namun tetap.
Letaknya nan jauh disana.
Sama seperti langit,
sulit digapai. Terlalu indah. Terlalu sakral.

Hingga kembali lagi datangnya langit.
Menawarkan segalanya.
Fajar, Siang, Senja, Malam.

Semua yang langit punya, dia tawarkan pada bumi.
Mimpi mimpi, cita, cinta, hidup, masa depan.
Kali ini tidak hanya sisi terangnya.
Tapi langit memberanikan diri menawarkan sisi gelapnya.

Jika malam hari, bukankah langit gelap, hitam?

Dunia langit, yang bahkan tidak pernah bumi mimpikan dalam mimpi - mimpi buruknya.
Kini bumi rasakan.
Hambatan?
Tentu bukan untuk bumi.
Karena setiap inci hal yang langit ciptakan terlalu indah.

to be continue :)

Note : Sudahlah langit, berhenti bermain - main.